JAKARTA, Kerincigoogle.com — Jakarta masih memiliki potensi banjir setelah pertengahan Februari 2013. Setidaknya, hal ini didasarkan pada analisis meteorologi yang turut memperhatikan kondisi lingkungan Jakarta saat ini.
Fadli Syamsudin, Peneliti Utama Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), seperti dikutip Antara, Jumat (8/2/2013), mengatakan, potensi banjir terkait dengan Madden Julian Oscilation (MJO).
"Minggu depan, MJO mulai aktif lagi dengan membawa uap air yang besar. Biasanya jika MJO lewat, wilayah yang dilewati akan sering hujan. Itu mulai dari paling barat Indonesia, terus bergeser ke arah timur," katanya.
MJO adalah gangguan gelombang atmosfer, berupa penjalaran daerah tekanan rendah di daerah ekuator pada kisaran 100 LU-100 LS yang bersumber dari Samudra Hindia bagian barat dan bergerak menuju ke timur yang pengaruhnya 1-3 bulan.
Akibat MJO, terjadi pembentukan awan secara intensif. Dampak akhirnya adalah curah hujan yang cenderung meningkat. Bila drainase tak baik serta permukaan tanah turun, maka banjir kemungkinan besar akan terjadi.
Thomas Djamaluddin, peneliti dari Pusat Sains Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), membenarkan bahwa Jakarta masih berpotensi mengalami cuaca ekstrem. Namun, soal waktu terjadinya, Thomas berbeda pendapat.
"Minggu depan, MJO masih pada fase normal, belum pada fase aktif. Jadi, pembentukan awan belum intensif. Jadi, minggu depan cuaca Jakarta masih mendukung," ungkapnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat.
Thomas mengatakan, MJO mengalami siklus, dari fase aktif hingga tertekan. Di antara dua fase itu terdapat fase normal. Menurutnya, banjir yang terjadi pada 17 Januari 2013 lalu tak terlepas dari MJO yang sedang pada fase aktif.
Menurut Thomas, MJO baru akan memasuki fase aktif dua minggu lagi. "Minggu depan, MJO masih pada fase normal. Baru setelah tanggal 17 Februari nanti, MJO akan memasuki fase aktif. Cuaca ekstrem seperti yang terjadi pada 17 Januari lalu bisa terjadi," urainya.
Sementara itu, pihak dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga Sabtu (9/2/2013) ini belum ada yang bisa dikonfirmasi. Situs BMKG juga baru mencantumkan prediksi cuaca mingguan tanggal 5-11 Februari 2013. Periode satu minggu setelahnya belum dicantumkan.
Untuk mengantisipasi banjir, seperti diketahui, BPPT telah melakukan modifikasi cuaca. Sejak 26 Januari lalu, telah dilakukan 28 sorti penerbangan, menyebarkan 93,6 ton bahan semai bubuk NaCl. Sebanyak 21 sorti menggunakan Hercules A-1323, dan sisanya memakai CASA U-616.
Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BPPT Tri Handoko Seto mengatakan bahwa upaya modifikasi cuaca pun dilakukan pada Rabu (6/2/2013) lalu dengan menyemai garam sebanyak 11 ton.
Thomas mengatakan, teknik modifikasi cuaca sebenarnya tidak tepat untuk mengatasi hujan di puncak musim hujan. Hujan lebat terjadi karena awan kumulonimbus yang memiliki ketinggian mencapai 10 km. Teknik modifikasi cuaca saat ini hanya mencapai ketinggian 3,6-4,5 km.
"Sebaiknya pemerintah fokus pada perbaikan di daratannya. Drainase misalnya. Memang sulit karena waktu singkat, tetapi dicoba untuk dilakukan seoptimal mungkin," kata Thomas.
Sumber : Kompas
0 komentar:
Posting Komentar