KERINCI - Pemerintah Kabupaten Kerinci, sepakat menyerahkan Rumah Sakit Umum Mayjend HA Thalib, kepada Pemkot Sungaipenuh. Penyerahan itu dengan catatan semua petugas yang ada di rumah sakit juga ikut diambil
Hal itu ditegaskan Bupati Kerinci Murasman, saat dikonfirmasi Tribun , Selasa (25/12). "Kalau memang Sungaipenuh menginginkan rumah sakit, silakan saja ambil. Hanya saja mereka juga harus mengambil semua personel di sana, termasuk hutang pihak rumah sakit," jawabnya.
Selama ini, kata Murasman, Pemkab Kerinci menganggarkan dana puluhan miliar untuk operasional rumah sakit. Sementara pendapatan dari rumah sakit tidak bisa masuk ke PAD, karena mereka punya sistim pengelolaan keuangan sendiri, yang disebut BLUD.
"Meskipun dari operasionalnya ditanggung Pemkab Kerinci, namun rumah sakit tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat kota. Tapi kalau memang kota menginginkan rumah sakit tersebut silakan saja," katanya.
Selain rumah sakit, kata Murasman, PDAM juga akan diserahkan, sepanjang Sungaipenuh siap menanggung semua konsekwensinya. "Saya kira sah-sah saja pemerintah daerah membangun perusahaan di daerah lain. Namun kok ini dipersoalkan," ujarnya.
Soal aset-aset lain, Murasman mengaku beberapa hari lalu sudah bertemu dengan pihak Pemprov Jambi dihadiri langsung gubernur. Solusinya dibentuk tim yang terdiri dari perwakilan Kerinci, Sungaipenuh dan Pemprov Jambi. Masing-masing tim diketuai Asisten I.
"Tim tersebut nantinya studi banding ke Kota Bekasi, untuk melihat bagaimana pengelolaan aset pasca terjadinya pemekaran. Pemkab juga diminta memberikan data, mana aset yang sudah diserahkan, mana yang belum, dan yang tidak akan diserahkan," ujar Murasman.
Bagi Murasman, ia tidak pernah membedakan antara Kerinci dan Sungaipenuh, karena kedua wilayah itu bagian dari Kerinci. Hanya saja, untuk menyerahkan semua aset, Pemkab Kerinci harus menyelesaikan kantor terlebih dahulu.
"Kalau mau Pemkab Kerinci cepat pindah dari Kota Sungaipenuh, pemerintah pusat dan Pemprov Jambi harus membantu Kerinci membangun kantor. Kalau tidak bagaimana kami bisa pindah, kalau tempat pindahnya tidak ada," kata Murasman.
Hal itu ditegaskan Bupati Kerinci Murasman, saat dikonfirmasi Tribun , Selasa (25/12). "Kalau memang Sungaipenuh menginginkan rumah sakit, silakan saja ambil. Hanya saja mereka juga harus mengambil semua personel di sana, termasuk hutang pihak rumah sakit," jawabnya.
Selama ini, kata Murasman, Pemkab Kerinci menganggarkan dana puluhan miliar untuk operasional rumah sakit. Sementara pendapatan dari rumah sakit tidak bisa masuk ke PAD, karena mereka punya sistim pengelolaan keuangan sendiri, yang disebut BLUD.
"Meskipun dari operasionalnya ditanggung Pemkab Kerinci, namun rumah sakit tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat kota. Tapi kalau memang kota menginginkan rumah sakit tersebut silakan saja," katanya.Selain rumah sakit, kata Murasman, PDAM juga akan diserahkan, sepanjang Sungaipenuh siap menanggung semua konsekwensinya. "Saya kira sah-sah saja pemerintah daerah membangun perusahaan di daerah lain. Namun kok ini dipersoalkan," ujarnya.
Soal aset-aset lain, Murasman mengaku beberapa hari lalu sudah bertemu dengan pihak Pemprov Jambi dihadiri langsung gubernur. Solusinya dibentuk tim yang terdiri dari perwakilan Kerinci, Sungaipenuh dan Pemprov Jambi. Masing-masing tim diketuai Asisten I.
"Tim tersebut nantinya studi banding ke Kota Bekasi, untuk melihat bagaimana pengelolaan aset pasca terjadinya pemekaran. Pemkab juga diminta memberikan data, mana aset yang sudah diserahkan, mana yang belum, dan yang tidak akan diserahkan," ujar Murasman.
Bagi Murasman, ia tidak pernah membedakan antara Kerinci dan Sungaipenuh, karena kedua wilayah itu bagian dari Kerinci. Hanya saja, untuk menyerahkan semua aset, Pemkab Kerinci harus menyelesaikan kantor terlebih dahulu.
"Kalau mau Pemkab Kerinci cepat pindah dari Kota Sungaipenuh, pemerintah pusat dan Pemprov Jambi harus membantu Kerinci membangun kantor. Kalau tidak bagaimana kami bisa pindah, kalau tempat pindahnya tidak ada," kata Murasman.
Sumber : Tribun Jambi
0 komentar:
Posting Komentar