KerinciGoogle.com, Jakarta –Penjualan batik selalu menunjukkan peningkatan menarik setiap tahunnya. Buruh pengrajin kain tradisional ini pun tergelitik untuk berani melangkahkan kakinya lebih jauh.
Penghasilannya yang tidak seberapa sebagai buruh, semakin lama dirasakan sulit bagi Muhammad Sofan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi harga-harga bahan pokok selalu meningkat.
“Saya dulunya buruh batik, saya kerjainnya batik di rumah sendiri, tapi bahannya bukan punya saya. Pembayaran sebagai buruh pun seringkali tidak cukup untuk kebutuhan dapur sama sekolah anak-anak, “ujarnya
Jenuh dengan kondisinya, ia pun bertekad untuk menyisihkan sedikit demi sedikit uangnya untuk merubah hidup. Bermodalkan Rp500 ribu, Sofan pun memberanikan memulai usaha batiknya sendiri. Ia membelanjakan obat batik, lilin dan kain secukupnya.
“Hidup sulit yang membuat saya ingin jadi pengusaha batik sendiri, dan akhirnya sekarang kesampaian,” ungkapnya.
Siapa sangka, tangannya yang piawai mengolah motif batik abstrak, membawa keuntungan tersendiri. Kerajinan batik yang dihasilkan Sofan ternyata banyak diminati. Ia pun terus membesarkan usahanya dengan keuntungan yang diperoleh.
“Modal segitu sebenarnya pas-pasan, bagusnya karya saya banyak yang suka dan bisa membuat usaha saya berjalan sampe sekarang,” tambahnya sambil melayani pembeli.
Usaha yang mulai dirintisnya sejak lima tahun silam akhirnya bisa membawa Sofan dengan kehidupan yang mapan. Dengan membawa merek SE (Sofan & Ellik), pria 51 tahun ini bisa merangkul 11 pengrajin dan penjahit baju batik untuk bekerja di tampatnya.
Jenis batik yang diproduksi Sofan merupakan motif abtrak yang terlihat motifnya tidak beraturan. Motif ini sengaja dipilih untuk mengurangi resiko pencetakan yang tak sesuai dengan yang diinginkan.
“Kalau motif abtrak, resiko cacatnya kecil, kalau proses pencetakannya tidak sesuai tidak terlalu terlihat. Ini juga siasat saya menghindari kerugian,” jelasnya.
Dalam memasarkan produknya, Sofyan membuka toko di pasar grosir Setono Barat Block C.4 Pekalongan. Ia pun rajin memperkenalkan batiknya dengan mengikuti pameran-pameran di kota besar.
Dengan penjualan batik ini, Sofan bisa meraup untuk bersih sebesar Rp10 juta per bulannya. “Tapi saat menjelang lebaran dan setelahnya, penjualan meningkat hampir sekitar 50 persen,” katanya. [ast]
Sumber : INILAH.COM
Penghasilannya yang tidak seberapa sebagai buruh, semakin lama dirasakan sulit bagi Muhammad Sofan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi harga-harga bahan pokok selalu meningkat.
“Saya dulunya buruh batik, saya kerjainnya batik di rumah sendiri, tapi bahannya bukan punya saya. Pembayaran sebagai buruh pun seringkali tidak cukup untuk kebutuhan dapur sama sekolah anak-anak, “ujarnya
Jenuh dengan kondisinya, ia pun bertekad untuk menyisihkan sedikit demi sedikit uangnya untuk merubah hidup. Bermodalkan Rp500 ribu, Sofan pun memberanikan memulai usaha batiknya sendiri. Ia membelanjakan obat batik, lilin dan kain secukupnya.
“Hidup sulit yang membuat saya ingin jadi pengusaha batik sendiri, dan akhirnya sekarang kesampaian,” ungkapnya.
Siapa sangka, tangannya yang piawai mengolah motif batik abstrak, membawa keuntungan tersendiri. Kerajinan batik yang dihasilkan Sofan ternyata banyak diminati. Ia pun terus membesarkan usahanya dengan keuntungan yang diperoleh.
“Modal segitu sebenarnya pas-pasan, bagusnya karya saya banyak yang suka dan bisa membuat usaha saya berjalan sampe sekarang,” tambahnya sambil melayani pembeli.
Usaha yang mulai dirintisnya sejak lima tahun silam akhirnya bisa membawa Sofan dengan kehidupan yang mapan. Dengan membawa merek SE (Sofan & Ellik), pria 51 tahun ini bisa merangkul 11 pengrajin dan penjahit baju batik untuk bekerja di tampatnya.
Jenis batik yang diproduksi Sofan merupakan motif abtrak yang terlihat motifnya tidak beraturan. Motif ini sengaja dipilih untuk mengurangi resiko pencetakan yang tak sesuai dengan yang diinginkan.
“Kalau motif abtrak, resiko cacatnya kecil, kalau proses pencetakannya tidak sesuai tidak terlalu terlihat. Ini juga siasat saya menghindari kerugian,” jelasnya.
Dalam memasarkan produknya, Sofyan membuka toko di pasar grosir Setono Barat Block C.4 Pekalongan. Ia pun rajin memperkenalkan batiknya dengan mengikuti pameran-pameran di kota besar.
Dengan penjualan batik ini, Sofan bisa meraup untuk bersih sebesar Rp10 juta per bulannya. “Tapi saat menjelang lebaran dan setelahnya, penjualan meningkat hampir sekitar 50 persen,” katanya. [ast]
Sumber : INILAH.COM
0 komentar:
Posting Komentar