KerinciGoogle.com, - Majalah Forbes kembali mengeluarkan daftar Asia 200 Best Under A Billion, daftar perusahaan terbaik di Asia Pasifik dengan pendapatan antara US$5 juta (Rp47,35 miliar) - US$1 miliar (Rp9,475 trliun).
Di tengah kerapuhan perekonomian global, perusahaan-perusahaan "menengah" tersebut mampu menaikkan penjualan hingga 48 persen dibanding tahun lalu.
200 perusahaan dari 15 negara itu menghasilkan pendapatan US$47 miliar dan memperkerjakan lebih dari 370 ribu orang. Rata-rata perusahaan yang masuk daftar itu berusia 24 tahun, dan sahamnya telah diperdagangkan di bursa selama 9 tahun.
Apa kategori untuk masuk dalam daftar ini? Perusahaan harus menghasilkan pendapatan tahunan antara US$5 juta dan US$1 miliar, memiliki laba bersih positif, dan telah diperdagangkan sahamnya di bursa minimal selama setahun.
Apa kategori untuk masuk dalam daftar ini? Perusahaan harus menghasilkan pendapatan tahunan antara US$5 juta dan US$1 miliar, memiliki laba bersih positif, dan telah diperdagangkan sahamnya di bursa minimal selama setahun.
Forbes mengambil 900 perusahaan dari keseluruhan total perusahaan di dunia sebanyak 15.000, berdasarkan pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, dan return on equity dalam 12 bulan dan selama tiga tahun.
Perusahaan-perusahaan China tercatat paling cepat tumbuh sejak terjadinya krisis keuangan global. Jumlah perusahaan asal China dan Hong Kong yang masuk daftar tersebut mencapai 72 perusahaan, naik dibanding tahun lalu yang hanya 65 perusahaan. Rata-rata penjualannya naik 49 persen selama satu tahun dan naik 36 persen selama tiga tahun, dengan kenaikan laba rata-rata 22 persen.
Perusahaan-perusahaan China tercatat paling cepat tumbuh sejak terjadinya krisis keuangan global. Jumlah perusahaan asal China dan Hong Kong yang masuk daftar tersebut mencapai 72 perusahaan, naik dibanding tahun lalu yang hanya 65 perusahaan. Rata-rata penjualannya naik 49 persen selama satu tahun dan naik 36 persen selama tiga tahun, dengan kenaikan laba rata-rata 22 persen.
Salah satu perusahaan tersebut, Changyu Pioneer Wine, telah bertengger dalam daftar ini selama 7 tahun, dengan penjualan US$918 juta atau tumbuh 21 persen dalam tiga tahun.
Asal Indonesia
Asal Indonesia
Bagaimana dengan perusahaan-perusahaan Indonesia? Tercatat ada tujuh perusahaan yang masuk daftar tersebut. Jumlah tersebut meningkat dari tahun lalu yang hanya tiga perusahaan, yaitu PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk., PT Nipon Indosari Corporindo Tbk., dan PT Panin Sekuritas Tbk.
Jasuindo merupakan perusahaan percetakan dokumen niaga dan negara terintegrasi. Tercatat meraih pendapatan US$56 juta, laba US$9 juta dan nilai pasar US$74 juta.
Sementara Nippon Indosari Corpindo adalah produsen roti bermerek Sari Roti, mencatat penjualan US$68 juta dan laba bersih US$11 juta. Sari Roti memiliki nilai pasar US$394 juta.
Sedangkan Panin Sekuritas mencatat penjualan US$40 juta dengan laba bersih US$27 juta. Nilai pasar yang dikuasai anak usaha kelompok bisnis Panin yang bergerak di bidang jasa pialang dan manajer investasi itu mencapai US$109 juta.
Dari ketiga perusahaan tersebut hanya satu yang mampu tetap masuk daftar Forbes tahun ini yaitu Jasuindo. Enam perusahaan baru yang masuk adalah sebagai berikut:
Pertama, Consciencefood Holding, merupakan perusahaan asal Indonesia yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini memiliki pendapatan US$82 juta dengan laba US$14 juta dan nilai pasar US$54 juta.
Kedua, PT Harum Energy Tbk., perusahaan tambang batu bara, dengan pendapatan US$805 juta dengan laba US$161 juta dan nilai pasar US$1,603 miliar.
Ketiga, PT Jaya Agra Wattie Tbk., perusahaan perkebunan dengan pendapatan US$71 miliar dan laba US$20 miliar, dan nilai pasar US$150 juta.
Keempat, PT London Sumatera Indonesia Tbk., perusahaan perkebunan, dengan penjualan US$517 juta dengan laba US$188 juta dan nilai pasar US$2,112 miliar.
Kelima, PT Metropolitan Land Tbk., perusahaan properti dengan pendapatan US$60 juta, laba US$17 juta dan nilai pasar US$345 juta.
Keenam, PT Resource Alam Indonesia Tbk., perusahaan tambang batu bara yang memiliki pendapatan US$235 juta, dengan laba US$50 juta dan nilai pasar US$453 juta.
Manajemen salah satu perusahaan tersebut, Metropolitan Land, menceritakan kiatnya bagaimana meningkatkan nilai perusahaan sehingga bisa masuk Forbes.
Ketiga, PT Jaya Agra Wattie Tbk., perusahaan perkebunan dengan pendapatan US$71 miliar dan laba US$20 miliar, dan nilai pasar US$150 juta.
Keempat, PT London Sumatera Indonesia Tbk., perusahaan perkebunan, dengan penjualan US$517 juta dengan laba US$188 juta dan nilai pasar US$2,112 miliar.
Kelima, PT Metropolitan Land Tbk., perusahaan properti dengan pendapatan US$60 juta, laba US$17 juta dan nilai pasar US$345 juta.
Keenam, PT Resource Alam Indonesia Tbk., perusahaan tambang batu bara yang memiliki pendapatan US$235 juta, dengan laba US$50 juta dan nilai pasar US$453 juta.
Manajemen salah satu perusahaan tersebut, Metropolitan Land, menceritakan kiatnya bagaimana meningkatkan nilai perusahaan sehingga bisa masuk Forbes.
"Kami selalu memperkuat struktur keuangan, misalnya menjaga debt to equity ratio yang tetap rendah," kata General Manager HRD & GA Corporate Communications, Metropolitan Land, Wahyu Sulistyo, kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat 27 Juli 2012.
Kemudian, lanjutnya, menggunakan dana hasil penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) untuk ekspansi usaha. Beban penjualan yang masih rendah juga dapat memaksimalkan laba. "Strategi kami, pertahankan rasio pendapatan yang berimbang," ungkap Wahyu.
Strategi berikutnya adalah tetap mempertahankan pasar. Metropolitan Land tetap konsisten dengan pasar menengah ke bawah. Cara yang lain adalah memaksimalkan sumber daya manusia yang ada, "Perlu maksimalkan tim teknik, proyek, dan lainnya."
Strategi berikutnya adalah tetap mempertahankan pasar. Metropolitan Land tetap konsisten dengan pasar menengah ke bawah. Cara yang lain adalah memaksimalkan sumber daya manusia yang ada, "Perlu maksimalkan tim teknik, proyek, dan lainnya."
Sumber : VIVA.co.id
0 komentar:
Posting Komentar